Reka Ulang Penganiayaan Kakak Adik di Tanahbumbu Menguras Emosi, Adegan ke-10 Renggut Nyawa Korban

TANAH BUMBU, kontak24.com – Siang suasana di Jalan Insgub, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanahbumbu, Provinsi Kalimantan Selatan terasa begitu mencekam, ada duka yang begitu dalam, berpadu dengan amarah yang memmuncak pada . Rabu (17/06/25)

Reka ulang adegan kasus penganiayaan tragis yang menimpa Vharellya Putri (19) dan adiknya, AZD (11) digelar.

Reka ulang ini harusnya membantu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, karena Vharellya harus pergi selamanya, sedangkan adiknya, walau terluka, berhasil diselamatkan.

Semua ini melibatkan tersangka HA (23), seorang pembantu rumah tangga yang bekerja di keluarga korban.

Sebanyak 13 adegan harus ia peragakan kembali, disaksikan langsung oleh jaksa. Tujuannya sederhana, agar semua fakta menjadi terang benderang dan melengkapi berkas hukum.

Disampaikan oleh oleh Kapolsek Simpang Empat, melalui Kanit Reskrim Polsek Simpang Empat  Aiptu Mihrab, bahwa dari belasan adegan yang diperagakan, ada dua adegan yang sungguh menohok dan membuat siapa pun yang menyaksikannya ikut merasakan perihnya:

Pertama adegan kesembilan, di sinilah HA mulai melukai AZD. Ia menggunakan pisau, menyasar dada dan perut korban. Untungnya, luka di perut tidak terlalu dalam.

Adegan kesepuluh, dan inilah adegan paling menyayat hati, yang merenggut nyawa Vharellya Putri.

Ia ditusuk dua kali oleh pelaku. Pertama di bagian perut, dan yang kedua di bagian pinggang samping.

Bayangkan, pisau pelaku bahkan sampai tertinggal di bagian samping tubuh korban.

Mihrab menambahkan, bahwa pelaku sempat berupaya melarikan diri ketika seorang saksi masuk dari samping rumah.

Secara keseluruhan, 13 adegan terlaksana dengan lancar dan kondusif, meskipun sempat terjadi luapan emosi dari pihak keluarga yang berhasil diredam oleh petugas

Selama proses rekonstruksi berlangsung, H Tio dan l Hj Wati, ayah dan ibu korban, tak bergeming dari depan rumah mereka.

Baca Juga  Perwakilan Mushola Nurul 'Ala Sudah Mulai Terimakan Zakat Fitrah.

Setiap adegan yang dimainkan HA seperti memutar kembali ingatan pahit tentang kepergian putri tercinta.

Wajah mereka jelas menunjukkan betapa pedihnya hati yang dilanda duka, bercampur dengan amarah yang sulit disembunyikan.

Puncak emosi itu terjadi saat rekonstruksi usai. Ketika HA dikawal petugas menuju mobil polisi, bendungan air mata dan amarah kedua orang tua ini pun runtuh.

H Tio, yang masih mengenakan sarung, tiba-tiba menerobos garis polisi. Dengan langkah cepat dan sorot mata penuh dendam, ia berupaya mendekati pelaku.

Petugas harus sigap menangkap dan menahannya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Di sisi lain, Hj Wati tak kalah histeris. Tangisnya pecah menjadi jeritan saat ia memukul-mukul kaca mobil polisi yang membawa HA.

“Rasa ingin aku bunuh juga orang itu!” serunya lirih di tengah isak tangis yang memilukan. Betapa hancur dan remuk redam perasaannya sebagai seorang ibu.

H Tio bahkan mengungkapkan betapa pahitnya pengkhianatan ini.

Ia sudah menolong HA yang semula pengangguran, memberinya pekerjaan di warung miliknya, menyediakan makan, tempat tinggal, bahkan menganggapnya seperti keluarga sendiri.

“Saya tidak menyangka atas tindakan pelaku tersebut,” ucap Pak Tio dengan suara bergetar, tak habis pikir kebaikan mereka dibalas dengan kejahatan seperti itu.

Ia mengakui, tidak pernah melihat gelagat aneh pada HA sebelumnya. “Biasa baik, disuruh-suruh menurut saja,” ujarnya.

Namun, fakta mengejutkan dari polisi menyebutkan bahwa HA berada di bawah pengaruh lem fox saat kejadian. Ini tentu menambah lapisan kesedihan bagi keluarga yang ditinggalkan. (her)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *